
Karena masih SMP dan pikiran labil (galau kalo istilah sekarangnya mah) akhirnya saya juga ikut-ikutan merokok. Awalnya sih ikut-ikutan, eh malah jadi kecanduan hahahaha. Pertama kali menghisap rokok saya langsung terbatuk – batuk. Parahnya, teman2 menertawakan saya dan bilang saya banci, dan lucunya lagi ada yang bilang “kalau ga merokok itu ga jantan, ga macho lah” (akhirnya gw sadar kalo kejantanan ga ada hubungan sama sekali dengan merokok, hah!). Teman yang lain bilang “ntar kalo udah TERBIASA baru kerasa enaknya” (Yeah dude, "terbiasa" itu kata kuncinya).
Padahal dalam pikiran saya apa sih enaknya merokok, rasanya pahit, dan bikin gatal di kerongkongan. Selain itu, kalo saya merokok pasti dimarahi sama orang tua (maklum waktu kan itu masih kecil). Pada saat inilah saya mengalami apa yang disebut disonansi kognitif. Saya berasal dari keluarga yang bukan perokok dan sangat anti terhadap rokok, tetapi saya juga harus beradaptasi dan ingin bergaul dengan teman – teman. Akhirnya saya berkata kepada diri sendiri “ah ga apa – apa lah, merokok sebatang dua batang sama teman- teman ini, ga bakalan kecanduan juga”. Ini adalah bentuk pengurangan disonansi dengan memunculkan konsonansi dari pikiran dan keadaan yang tidak nyaman pada diri saya.
Singkat kata, setelah saya mencoba dan terus mencoba (karena ga mau dibilang banci dan ditertawakan terus), akhirnya saya mulai TERBIASA dan sukses menjadi perokok aktif selama 12 tahun!
Kok lu bisa berhenti merokok sih? emg bisa ya? berhenti merokok kan bikin gemuk?gw ga dapet inspirasi kalo ga merokok euy, wes mangan ora udud eneg. Itulah sederet pertanyaan dan pernyataan dari temen2 saya. Sebenarnya masih banyak alasan lain yang kalo dijumlah mungkin lebih dari 1000 alasan, kenapa perokok sulit menghilangkan KEBIASAANNYA. Tetapi saya bisa katakan kalo alasan-alasan itu hanyalah dalih supaya kita tetap bisa merokok dan tak ada orang yang menyalahkan kebiasaan buruk tersebut. Menurut saya merokok adalah KEBIASAAN, bukan kecanduan. Wake up you fool!
